Web Novel Desolate Era Bahasa Indonesia

On Jumat, 26 Februari 2016 0 komentar







Takdir tidak pernah baik untuk Ji Ning. Didera olehpenyakit dan menjadi yang terlemah di seluruh bumi, Ning tahu sejak awal bahwa dia akan mati sebagai seorang remaja. Apa dia tidak tahu adalah bahwa benar-benarada hal seperti kehidupan setelah kematian, dan bahwa alam semesta adalah tempat yang jauh lebih besar daripadayang dipikirkannya. Sebuah gulungan keberuntungan nasib (salah satu dari beberapa dalam kehidupan Ning) adalah bahwaNing terlahir kembali ke dunia Dewa danmonster, Ki Refinerdan Fiendgods yang kuat, sebuah dunia di mana Dinastiberlangsung selama jutaan tahun. Sebuah dunia yang mana lebih besar ... dan juga belum lebih kecil ... daripada yang pernah bisa bayangkan. Dia akanmemiliki kesempatan untuk bergabung dengan mereka, dan dalam kehidupan ini, Ning bersumpahpada dirinya sendiri, ia tidak akan membiarkan dirinya menjadi lemah lagi! Era dia dilahirkan dalam sebuah Desolate satu, tapi Ning akan membuat jamannya.

Read more ...»

Light Novel Ark Bahasa Indonesia

On Kamis, 25 Februari 2016 0 komentar






Kim Hyun Woo hidup hidup dengan kekayaan berkat orang tuanya. Tapi suatu hari, ia menerima telepon yang memberitahukan bahwa kecelakaan lalu lintas menimpa keluarganya. Ayahnya telah meninggal dan ibunya dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis. Kehidupan normal yang ia tahu runtuh seketika ...

Mereka menjual rumah mereka, membatalkan berbagai rencana asuransi, dan pindah ke sebuah apartemen satu kamar. Dan setelah beberapa tahun, Hyun Woo
bekerja empat sampai enam jam untuk membayar tagihan medis Ibunya.

Suatu hari, salah satu instruktur nya merekomendasikan dia untuk posisi di sebuah perusahaan bernama global Exos, perusahaan game terbaik di dunia,  yang sedang membuat pengumuman
tentang sejarah dengan penemuan teknologi terbarunya.

Volume 1
Read more ...»

Sakurasou Bab 1 Bagian 3

On Selasa, 02 Februari 2016 0 komentar

==========================================================
Kembali ke Sakurasou lagi... Sebenarnya skrip sudah dikirim dari minggu lalu, bahkan seharusnya ini diposting kemarin... Salahkan saja ane, karena lambat dalam menyunting...
Ada salah satu kalimat yang ane modifikasi sehingga berbeda dari harfiahnya... Soalnya bermaksud mengikuti rima kalimatnya, biar mirip dengan rima yang ada di raw...
Lanjut ke catatan terjemahan...
Shinkansen adalah jalur kereta api cepat Jepang yang dioperasikan oleh empat perusahaan dalam grup Japan Railways... Dan Nozomi adalah salah satu layanan kereta tercepatnya...
Nabe adalah jenis masakan yang terdiri dari berbagai sayuran, daging, ikan yang disajikan terpisah bersama periuk dengan kuah panas di dalamnya. Sang penyantap tinggal memasukkan bermacam sayuran, daging dan ikan tersebut ke dalam periuk berkuah yang dipanaskan tersebut sesuai selera sebelum dinikmati...
Selamat menikmati...
==========================================================


Bab 1 - Selamat Datang di Asrama Sakura

Bagian 3


Apa tidak masalah begitu saja membawa anak ini ke Asrama Sakura?

Selagi Sorata berjalan dengan langkah yang kadang tersendat sambil memikirkan hal tersebut, dia masih hanya bisa terpesona dengan sosok Mashiro Shiina yang berjalan di sampingnya.

Tubuhnya ramping. Suaranya lembut. Pergerakannya kalem. Dia sama sekali tidak menunjukkan banyak ekspresi, dan wajahnya hampir tak berekspresi.

Bahkan sekarang, berjalan di sampingnya seperti ini membuat Sorata merasa seakan sedang berdiri di lapisan es yang tipis.

Dia terlihat seperti sebuah hiasan kaca yang rapuh yang bisa pecah meski hanya disentuh.

Itulah kesan yang didapat Sorata dari Mashiro.

Ditambah lagi ....

"Sorata nama yang bagus."

"Eh?"

"Namamu terdengar bagus. Aku suka itu."

Dia tiba-tiba mengatakan itu dan membuat Sorata cukup senang. Dia tipikal perempuan yang agak kurang berhati-hati.

Sorata tidak merasa kalau perempuan itu bakal betah di Asrama Sakura.

Asrama Sakura adalah tempat berkumpulnya orang-orang tidak wajar. Itu adalah sarang orang-orang abnormal.

Si makhluk asing, Misaki Kamiigusa. Si pengurung diri, Ryuunosuke Akasaka. Sang kaisar malam, Jin Mitaka. Dan yang terakhir tapi tidak kalah abnormalnya, penjelmaan dari apatisme itu sendiri, si guru pemalas, Chihiro Sengoku.

Sekarang setelah dia memikirkan itu, entah kapan Jin sudah menghilang.

Karenanya, Sorata ditinggal sendiri bersama perempuan yang baru saja dijumpainya ini.

Dan semakin keras dia coba memikirkan topik pembicaraan yang masuk akal, semakin sedikit yang terpikirkan olehnya.

Lalu, ada hal yang disampaikan Mashiro kepadanya tadi.

Sorata dapat merasakan seusatu yang membara di dadanya.

Tapi ketimbang mematahkan semangatnya, kesusahan Sorata hanya membuat dirinya merasa lebih tidak sabar.

"Hei."

"Hmm?"

"Jadi, tahun ini Shiina mulai bersekolah di Suikou, ya?"

Mashiro menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Pindahan."

"Oh, begitu ..., jadi kamu murid kelas dua?"

Kali ini dia mengangguk pelan.

"Rupanya kita satu angkatan ...."

Mata beningnya berputar ke atas dan melihat ke arah Sorata. Ekspresi wajahnya tidak menunjukkan perubahan.

Terlihat mulai malu-malu, dia mengalihkan tatapan matanya.

Mereka terus berjalan menuju Asrama Sakura tanpa berbicara.

Kalau seperti ini, maka aku hanya perlu melindunginya dari yang lain. Musuh kami akan beringas, tapi aku harus melakukan segala yang kubisa.

Atap Asrama Sakura sudah bisa terlihat.


*********

Sesampainya Sorata dan Mashiro di Asrama Sakura, mobil jasa pindah rumah baru saja pergi. Mesinnya menderu dengan bising selagi mobilnya menghilang ke arah stasiun kereta api.

Sorata meletakkan koper yang diambilnya dari Mashiro ke salah satu sisi pintu masuk.

"Ayo masuk, masuk."

Sorata mengantar Mashiro masuk ke dalam rumah.

Lalu, seperti seekor cheetah yang telah menarget mangsanya, Misaki datang berlari ... atau malah, melompat ... turun dari lantai dua. Dia mendarat di lantai sambil berjongkok untuk meredam daya kejut kakinya. Terlihat persis seperti seekor hewan liar.

"Selamat datang di Asrama Sakura!"

Dia tidak menunggu lama dan lansung menembakkan petasan pesta yang dipegangnya. Dengan cara yang mengesankan, kertas confetti menyembur tepat pada wajah Sorata.

Karenanya, Sorata membalas dengan melepaskan pukulan keras tepat ke ubun-ubun kepala Misaki.

"Aduh! Teganya kamu melakukan itu pada perempuan!"

"Kalau ingin disebut perempuan, setidaknya berhenti tidur di kamarku, sialan!"

"Jangan khawatir! Aku bahkan belum pernah dicium siapapun, jadi aku ini masih suci, dari ujung kepala sampai ujung kaki."

Tidak mengetahui apa yang terjadi, Mashiro menatap kosong dari belakang Sorata.

"Ah, bukan seperti itu .... Senior ..., dia cuma seniorku, jadi ini bukan seperti ada hubungan yang tidak pantas begitu! Jangan salah sangka, mengerti?"

"Eh ~, ada apa ini? Junior sudah cemas soal yang Mashiron pikirkan?"

"Bukan! Dan juga, memanggilnya Mashiron .... Bagaimana Kak Misaki bisa tahu namanya?"

"Hei hei, jangan cuma berdiri di pintu masuk begini. Ayo kita keliling rumah!"

"Kamu sendiri yang bikin berhenti!"

"Jadi artinya, akhirnya sekarang aku punya tetangga sebelah kamar! Aku penasaran apa kita bisa saling bergantian tidur bareng di kamar masing-masing? Mungkin kita akan saling bercerita soal lelaki maupun asmara! Wah, aku jadi sangat bersemangat sekarang ~!"

Sambil mendorong Misaki yang sedang terpana ke samping, Sorata membawa Mashiro ke lantai dua yang terlarang bagi lelaki.

Sebuah papan nama bertuliskan Kamar Mashiro tergantung di pintu kamar 202. Disertai gambar seorang karakter anime yang tidak dikenal.

"Semalam aku bekerja sampai larut dan membuat itu."

Entah kapan, Misaki menyusul Sorata dan menyela.

"Padahal semalam kamu bermain game sampai pagi ...."

Sedikitpun tidak merasa gusar atas komentar Sorata, Misaki membuka pintu kamar itu bahkan tanpa meminta izin penghuninya.

"Jreng, jreng ~!"

Meski awalnya Sorata menduga kalau kamar ini kosong, dia sekarang melihat sebuah tempat tidur, sebuah meja rias, sebuah meja tulis, dan sebuah komputer dengan monitor besar, bersama setumpuk barang yang berisi segala jenis pakaian. Semuanya sangat rapi dan apik.

"Bagaimana menurutmu? Mengesankan, bukan? Sewaktu Junior keluar, mereka menyusun tempat ini dengan menakjubkan. Mereka hebat, bukan?! Perusahaan pindah rumah dengan logo badak itu! Mereka memang profesional! Benar-benar profesional!"

Dengan sikap menggebu-gebu tanpa arti itu, Misaki membusungkan dadanya dan merasa bangga, seakan itu hasil kerjanya sendiri.

"Tapi bukan berarti Kak Misaki yang mengerjakan semuanya."

"Aku sungguh-sungguh mengawasi mereka sampai selesai."

Sementara itu, sang penghuni ruangan sendiri masih berdiri di sana tanpa bersuara dan tampak tidak terkesan, terus menyaksikan percakapan antara Misaki dan Sorata.

"Shiina ..., kamu yakin ingin tinggal di sini?"

"Ya."

Suaranya selembut angin semilir. Dia tidak berbicara dengan nyaring, namun nadanya tegas, dan terasa aneh karena dia terdengar begitu sungguh-sungguh. Tapi, seperti yang diduga, tidak peduli sudah berapa kali Sorata mendengarnya berbicara, ekspresinya tetap tidak berubah.

Hanya melihatnya saja membuat detak jantung Sorata berdebar.

Dari mana tepatnya asal perasaan ini ...?

"Ah, tapi aku benar-benar senang soal ini ~. Menyenangkan ada seseorang lagi dari jurusan seni di sini ~."

Terlihat agak terpesona, Misaki coba mendekati Mashiro, tapi Sorata mendorong mundur wajahnya dan menghentikannya.

"Ah, Shiina, jadi kamu juga masuk ke jurusan seni?"

Hal yang agak mustahil untuk dapat masuk ke jurusan itu bahkan dengan jalur normal. Cukup hebat bisa masuk ke jurusan itu sebagai murid pindahan kelas dua.

"Ya, benar."

Mashiro tetap kalem dan tenang.

"Oh, telat banget, telat banget! Kamu tiiiiiiidak tahu apa yang sedang terjadi! Perang modern itu pertempuran informasi, kamu tahu?! Kamu akan kalah seratus kali dalam seratus pertempuran seperti ini! Sedih, oh, sedih, rasa ingin kutindih!"

Sambil menghentikan dirinya agar tak menyahut, Aku benar-benar tidak peduli dengan yang kamu katakan, Sorata mati-matian mencoba untuk membuat orang bernama Misaki ini kembali ke topik pembicaraan.

"Jadi, apa yang Kak Misaki tahu soal semua ini?"

"Mashiron benar-benar terkenal dalam dunia seni desain! Dia tinggal di Inggris sejak masih kecil, mendapatkan pendidikan khusus bagi anak yang berbakat dalam seni!"

Dengan kata lain, dia kembali ke Jepang dari luar negeri. Jadi tingkahnya yang aneh, bicaranya yang pelan, suasana aneh yang biasa menyelimutinya .... Itu semua mungkin karena dia begitu lama tinggal di luar negeri.

"Banyak karyanya telah dipajang di museum seni luar negeri! Dan dia juga memenangkan berbagai penghargaan! Orang-orang juga bilang bahwa beberapa lukisannya itu sangat, sangat bernilai."

Ketika Sorata melihat bahwa Mashiro tidak menyangkal itu semua, dia sadar bahwa itu semua mungkin benar.

Tapi Sorata sama sekali tidak tahu semengesankan apa hal itu di dunia seni.

"Kalau diibaratkan dengan Shinkansen, Shinkansen macam apa dirinya?"

"Tentu saja, Nozomi!"

"Wah, hebat banget."

Sambil memberi tampang angkuh, Misaki menepuk dadanya sendiri dengan kedua tangan.

"Hmm ..., kurasa Kak Misaki masih menjadi murid seni rupa, meskipun sejak itu kelakuanmu memburuk."

"Kok bilang begitu?"

"Yah, itu sebabnya kamu tahu tentang Shiina, ya 'kan?”

"Ah, bukan. Mbak Chihiro yang beri tahu aku semalam."

"Terus kenapa malah kamu yang berlagak sombong begitu?!"

"Soalnya, walau cuma beda sedetik, orang yang mendapat informasi duluan itu pemenangnya! Wuahahahahaahaha!"

Melihat tawa anehnya yang keras itu, Sorata sekali lagi mencoba untuk memukul kepalanya. Tapi Misaki menangkap tangannya di udara.

"Jangan pikir itu berhasil untuk kedua kalinya padaku!"

Baik, kalau begitu ....

Sorata segera menepuk dahinya yang dilindungi dengan punggung tangan.

"Ah! Aduh! Memangnya kamu ini apa, Junior, anak TK yang suka mengganggu perempuan yang dia sukai?!"

"Ketika membicarakan Kak Misaki, tidak ada lagi yang kuingat selain merasa jengkel!"

"Aku bisa paham kalau kamu sedang dalam usia di mana kamu cenderung mengelabui diri. Aku paham kalau kamu sedang dalam usia di mana kamu suka membual! Tapi berbohong itu tidak baik, Junior! Jangan lupa waktu kamu coba menyerangku ketika aku sedang telanjang di bak mandi dan karena itu kamu mimisan hebat! Jangan lupa bagaimana kamu benar-benar terangsang oleh tubuh telanjangku yang basah saat itu! Junior begitu menggemaskan sewaktu terangsang begitu!”

"Ah! I-itu ... kamu yang mengabaikan aturan pemakaian kamar mandi, dan itu salahmu hingga aku melihatmu dalam keadaan begitu! Korbannya itu aku! Kembalikan sel-sel darah putih dan merahku!"

"Tubuhku tampak mengagumkan saat telanjang bulat, kamu tahu?!"

"Menurutku kamu sudah mengagumkan tanpa harus telanjang!"

Kemudian dia mendadak sadar sedang di mana mereka saat ini .... Dan Sorata dengan malu-malu berpaling ke arah Mashiro. Sorata tidak bisa melihat sedikit pun ekspresi pada raut wajah Mashiro. Yang dilakukannya hanya menatap ke arah mereka dengan sedikit heran.

"Eng ..., apa kami menakutimu?"

"Kenapa?"

"Yah, hanya saja semua percakapan antara aku dan Kak Misaki ini ...."

Mashiro memiringkan kepalanya ke samping, tampak lebih kebingungan dari sebelumnya.

Menggemaskannya tindakannya itu sudah cukup untuk membuat Sorata tersedak sebelum dia bisa kembali berbicara.

"Ya, Tuhan, manisnya .... pasti itu yang sedang kamu pikirkan, Junior."

"Walau itu benar, kenapa kamu harus blakblakan soal itu?!"

Sorata mengapit kepala Misaki dan mulai memutar tinjunya di kedua sisi kepala perempuan itu.

"Aiyayayayayaya!"

"Kalian berdua akrab sekali."

Berpaling ke belakang, Sorata melihat sosok Chihiro, dengan langkah terseok seperti seorang zombie. Mungkin kutukan Sorata sudah menunjukkan tanda-tandanya, namun acara kongko-kongko itu tampak tidak berhasil untuknya.

Di belakangnya berdiri Jin, yang berpisah dari Sorata dan Mashiro di stasiun. Entah kenapa, Jin kelihatannya dalam suasana hati yang buruk ketika dia melihat ke arah Sorata dan Misaki, sambil memegangi kantong plastik belanjanya di kedua tangan. Kantong itu penuh dengan bahan-bahan untuk satu porsi nabe komplit beserta manisan dan jus.

Matanya bertemu dengan tatapan Sorata.

"Kita perlu ini untuk pesta penyambutannya, 'kan?"

Satu sudut bibir Jin melekuk naik, dan dia menunjukkan senyum yang sudah dilatihnya.

"Bu Chihiro juga pulang agak awal. Rupanya Ibu tidak berhasil mendapat calon suami, ya?"

"Yah, aku juga tertipu. Tidak ada satu pun dokter di sana! Itu semua bohong! Mereka berani sekali mengarang semua itu!"

"Yah, Bu Chihiro juga berbohong soal usia, jadi Ibu juga tidak bisa mengelak."

Chihiro tadi memberitahu Sorata. Di pesta itu, dia akan selamanya berusia 27 tahun.

"Uh, sial. Kuharap semua orang bahagia di dunia ini jatuh saja ke jurang."

"Mbak Chihiro, jangan menyerah. Kalau Mbak tidak bisa menemukan suami, Junior bilang kalau dia akan mempersunting Mbak sebagai istrinya."

"Aku tidak pernah mengatakan itu!"

"Hmm ..., tunggu lima tahun lagi dan itu bukan ide buruk."

"Itu ide yang mengerikan!"

"Tapi omong-omong, akhirnya kamu berhasil kemari."

Pandangan Chihiro berpaling tegas ke arah Mashiro. Itu mungkin bukan khayalan Sorata bahwa ada maksud di balik tatapan itu.

"Iya."

Mashiro menyahut dengan lembut.

"Eng ..., Bu Chihiro. Boleh tanya sesuatu?"

"Aku benar-benar ingin meninju seseorang saat ini, jadi tanya dengan singkat."

"Kalau begitu satu pertanyaan saja."

Sejujurnya Sorata ingin menanyakan banyak hal.

Misal, Kenapa seseorang yang punya pendidikan bagus di luar negeri sengaja pulang kembali untuk tinggal di sini?

Atau, Di mana orang tuanya?

Tapi dari semua pertanyaan yang ingin ditanya Sorata, dia akhirnya menanyakan hal di pikirannya yang paling ingin dia ketahui.

"Dari semua asrama yang ada, kenapa Shiina pindah ke Asrama Sakura? Sebenarnya masih ada tempat kosong di asrama biasa, 'kan?"

"Yah, itu sudah jelas, 'kan?"

"Tidak, aku benar-benar tidak paham."

"Karena Mashiro cocok di sini."

"... ah."

"Seiring waktu, semuanya akan jelas. Terutama bagimu."

Mata Chihiro berbinar dengan mencurigakan, namun seperti yang diduga, Sorata masih tidak paham apa maksudnya.


Read more ...»