Sakurasou Bab 1 Bagian 5

On Minggu, 25 Desember 2016 0 komentar

=========================================================
Bab 1 akhirnya selesai... Sebagai pengingat kalau ada yang nanya, ini dibuat jadi per bagian karena isinya panjang... Begitu...
Baumkuchen atau "Kue Pohon" adalah kue khas Jerman yang populer pada saat perayaan penting dan pesta pernikahan... Bentuknya seperti menara dengan cincin gak rata berlapiskan coklat putih atau hitam...
Maharaja di sini merujuk pada maharaja di negeri India yang punya banyak selir...
Selamat menikmati...
=========================================================


Bab 1 - Selamat Datang di Asrama Sakura

Bagian 5


Malam itu, untuk menangani masalah besar yang bernama Mashiro Shiina, Sorata memanggil para penghuni Asrama Sakura untuk mengadakan rapat.

Singkatnya, ini adalah tempat di mana para penghuni menyusun beberapa aturan dasar mengenai tata cara mereka hidup bersama.

Sampai hari ini, banyak peraturan Sakurasou ditentukan dalam rapat ini, mulai dari tugas biasa seperti menentukan siapa yang menyiapkan makanan, siapa yang pergi berbelanja, siapa yang membersihkan kamar mandi, sampai tugas yang lebih aneh seperti menentukan siapa yang akan memperbaiki atap yang bocor dan siapa yang akan menangani sarang lebah.

Tujuan diadakannya rapat hari ini adalah menyusun tugas baru untuk mengurusi Mashiro, dan untuk memutuskan siapa yang akan bertanggung jawab untuk Tugas Mashiro ini.

Untuk pertama kalinya dalam satu bulan ini, seluruh penghuni Sakurasou berkumpul di sekeliling meja bundar ruang tamu. Dengan urutan searah jarum jam, Chihiro, Misaki, Jin, Sorata, dan Mashiro duduk mengelilingi meja itu.

Ryuunosuke Akasaka, yang menolak untuk keluar dari kamarnya, ikut berpartisipasi dalam rapat lewat obrolan internet. Misaki mengobrol dengannya, mengetik keyboard laptopnya sambil mengunyah sepotong udang goreng.

"Anu, begini, kita semua tahu kenapa kita berkumpul hari ini. Aku ingin semua orang di Asrama Sakura berpartisipasi agar kita dapat mengatasi masalah yang sangat menyulitkan ini."

Tidak seperti Sorata yang bersungguh-sungguh, para penghuni lain justru sibuk dengan makanan mereka dan tidak begitu mendengarkan.

Mencoba untuk menghidupkan suasana pada para peserta rapat yang tampak tidak tertarik itu, Sorata menghantamkan kedua tangannya ke atas meja.


********

Pada akhirnya, dia telat datang ke sekolah pagi ini.

Setelah membantu mencuci muka Mashiro, dia membantunya mengenakan beha yang warnanya sama dengan celana dalamnya, membantunya mengganti blusnya yang basah, memaksanya memakai kaos kaki, dan merapikan rambut sehabis tidurnya yang berantakan ..., dan saat semuanya sudah beres, mereka rupanya sudah cukup telat.

Kalau mereka toh akan telat juga, Sorata berpikir lebih baik jika menyantap sarapan sewajarnya, setelahnya mereka pun berjalan dengan santai ke sekolah.

Mereka tidak sempat mengikuti upacara pembukaan yang membosankan, tapi Sorata muncul sewaktu homeroom.

Ketika Sorata membawa Mashiro ke ruang guru, dia terkejut Chihiro tidak mengomelinya, namun tampaknya Chihiro sudah menduga kalau mereka akan datang lebih telat lagi.

Yah, kalau begitu, harusnya beliau memeringatkanku dulu.

Lelah karena insiden pagi ini, Sorata tidak mampu fokus dalam pelajaran kelas duanya kini.

Dan selepas sekolah, Chihiro memaksanya untuk menemani Mashiro mengelilingi sekolah seorang diri.

Tidak peduli ke mana pun Sorata membawanya, Mashiro bereaksi dengan cara yang ambigu hingga membuatnya sulit untuk menilai apa dia tertarik atau tidak, dan seluruh situasi ini membuat Sorata merasa cukup tidak berdaya.

Sorata juga yang membawa Mashiro pulang. Itu karena Mashiro bahkan tidak bisa ingat caranya pulang, meski jaraknya hanya sepuluh menit berjalan kaki.

Setelah Sorata pulang dari sekolah, dia menunggu sejam ..., kemudian dua jam ..., tapi tidak peduli selama apa pun dia menunggu, Mashiro tidak pulang.

Karena khawatir, Sorata kembali ke sekolah untuk mencarinya, dan menyadari bahwa dia bahkan tidak berada di jalan pulang, tapi malah berkeliaran di sekitar sekolah seperti seekor anak anjing yang tersesat.

Terlebih lagi, Mashiro sendiri kelihatannya tidak sadar dengan keadaannya, dan menyatakan bahwa dia belum berencana untuk pulang dulu.

Dan bukan cuma itu saja.

Karena bertanggung jawab membeli sembako minggu itu, Sorata singgah di minimarket untuk membeli susu pesanan Misaki.

Mashiro juga mengikutinya ke sana.

Dan tanpa membayar, Mashiro mulai menyantap makanan yang terpajang. Seakan itu semua yang dilakukannya itu lumrah, dia mengambil sepotong baumkuchen dari rak, membukanya tanpa sungkan, lalu mulai melahapnya dengan penuh selera. Dia melakukan itu semua tanpa merasa bersalah sampai Sorata perlu waktu sejenak sebelum dia menyadari apa yang sedang dilakukan gadis itu.

"Anu, Shiina? Tolong jelaskan, sebenarnya kamu ini sedang apa?"

"Memakan baumkuchen."

"Kenapa?"

"Aku suka."

"Kalau semua orang boleh melakukan apa saja karena mereka suka, maka tidak perlu lagi ada polisi!"

"Tapi masih ada banyak."

"Itu semua untuk dijual! Kalau mau, harus bayar!"

Mashiro memiringkan kepalanya ke samping dan terlihat bingung.

"Shiina .... Kehidupan macam apa yang sudah kamu jalani sampai sekarang?"

"Aku menggambar."

"Lalu apa lagi?"

"Aku menggambar."

"...."

"Aku menggambar."

"Aku sudah dengar! Aku sedang menunggumu mengatakan yang lain!"

Pada saat itu, manajer toko tersebut mendengar keributannya lalu datang memeriksa, hingga membuat Sorata merasa amat malu selagi dia membungkukkan badan berkali-kali untuk meminta maaf. Selagi semua itu terjadi, Mashiro sudah selesai melahap baumkuchen-nya, lalu mencoba mengambil yang kedua.

"Shiina! Apa niatmu yang sebenarnya padaku?! Kamu punya dendam atau apa?!"

"Kamu mau?"

Dengan ekspresi menggemaskan, dia membagi sepotong dan memberikannya pada Sorata.

"Buka mulutnya, aaaaaahhhhhh~."

"Aku tidak mau!"

"Tapi ini enak."

Pada akhirnya, Sorata diizinkan untuk membawa kemasan baumkuchen kosong beserta yang separuh kosong tersebut ke kasir. Setidaknya Sorata merasa lega karena mengenal manajer toko itu sebelumnya, dan manajer itu tertawa melihat betapa anehnya Mashiro.


********

"Dan itu semua adalah hal-hal mengerikan yang sudah kulalui hari ini."

"Yah, mau bagaimana lagi?"

Yang mengatakannya tadi adalah Chihiro, satu-satunya orang yang menenggak bir dengan riang di meja tersebut.

"Semua yang pernah dilakukannya hanyalah mempelajari seni rupa, jadi dia tidaklah begitu normal."

"Tidak tidak tidak, rasanya frasa tidaklah begitu tadi belum cukup untuk menjelaskannya!"

Terlihat jelas tidak memedulikan hal-hal buruk yang terus diucapkan Sorata, orang yang sedang dibahas tersebut sendiri dengan terampil menggunakan sumpitnya untuk melepaskan cangkang dari udang goreng. Kemudian, tanpa merasa risau, dia meletakkan cangkang tersebut ke atas piring Sorata.

"Kamu ini sedang apa?"

"Melepas kulitnya."

"Apa ini waktunya melucu?!"

"Aku tidak sedang melucu."

"Itu sebuah pertanyaan retorika!"

Mashiro memiringkan kepalanya dengan pelan ke samping, lalu memalingkan perhatiannya kembali pada pembedahannya, mengubah udang goreng keduanya menjadi seekor udang biasa. Sekali lagi dia meletakkan bagian gorengan yang sudah dilepaskannya ke atas piring Sorata. Dan kemudian, dia memakan udang yang sekarang telanjang itu dalam sekali gigitan.

"Oh, dia juga pilih-pilih soal makanan."

"Bu, kenapa Ibu tidak memberitahu saya soal ini sebelumnya?!"

Kaget dengan persoalan baru ini dan kini tidak lagi memperhatikan piringnya, Sorata tidak sempat bereaksi untuk menghentikan Misaki mengambil dua potong udang goreng dari piringnya. Dia bahkan tidak punya kesempatan mengeluh sebelum gadis itu melahap kedua udang tersebut ke dalam mulutnya.

"Kak Misaki, apa-apaan ini?!"

"Rasanya tidak adil kalau hanya Junior saja yang diajak berbagi oleh Mashiron!"

"Kalau begitu, ambil saja cangkang kosong ini!"

"Tapi aku dalam masa pertumbuhan, tahu?!"

Misaki membusungkan dadanya.

"Aku juga!"

"Hmm, tahu tidak? Walau ini pemikiranku saja, tapi bukankah notepad dan no pants terdengar agak mirip?"

"Sebenarnya kita ini sedang membahas apa?!"

"Sudah, sudah, jangan marah, Kanda~. Bawakan lebih banyak bir lagi."

Dalam keadaan benar-benar mabuk, Chihiro menggelindingkan kaleng birnya yang kosong ke arah Sorata.

"Ambil saja sendiri!"

"Tapi kamu yang lebih dekat."

Jin, yang terus terdiam sampai sekarang, memasang senyuman getir kemudian berdiri, mengambil sekaleng bir dari kulkas dan menyodorkannya pada Chihiro.

"Ahh, Mitaka memang anak yang baik~. Beda sekali dengan Kanda~."

"Ibu akan berkata begitu pada siapa saja yang memberikan bir, 'kan?! Dan jangan lupa juga bahwa kita ini sedang membicarakan soal Shiina sekarang!"

"Yah, orang tuanya memberitahuku bahwa dia akan butuh seorang pengurus. Jadi itu sebabnya dia ada di Asrama Sakura ini."

Pengurus? Yang membuat itu jadi menakutkan adalah mungkin saja hal tersebut benar.

"Kalau begitu, Ibu yang harus bertanggung jawab dan mengurusnya!"

"Hei, jangan gila, Sorata."

Yang menyela adalah Jin, yang selesai makan terlebih dulu dan sekarang sedang mengirimkan surel satu per satu dengan ponsel-nya.

"Rapat ini tidak ada gunanya."

"Jangan bilang begitu!"

"Kamu tidak memikirkannya, 'kan? Aku jarang berada di sini, dan lucu sekali meminta Misaki mengurus orang lain. Aku temannya sedari kecil, makanya aku tahu. Dan Mbak Chihiro juga sedang sibuk mencari suami, jadi memasangkannya dengan seorang anak itu agak kejam baginya."

Jin melewati satu nama, tapi itu cukup jelas bahwa menyerahkan Mashiro pada orang-orang tadi merupakan ide yang buruk.

"Kalau begitu tolonglah, Kak Jin, kamu harapan terakhirku!"

"Tidak tidak, sudah kubilang kalau itu tidak mungkin. Senin aku harus berjumpa dengan Misami, murid jurusan drama semester delapan, lalu Selasa perawat yang bernama Noriko, Rabu si pemilik toko bunga, Kana, dan Kamis si pengantin baru, Meiko, kurasa? Dan kemudian Jumat si model iklan, Suzune, dan Sabtu aku ragu kalau Rumi, yang merupakan karyawan kantoran akan mengizinkanku pulang. Aku sama sekali tidak punya waktu luang."

“Dasar hidung belang borjuis! Kamu sudah berganti kelas menjadi maharaja, hah?! Memangnya kamu mau pindah ke India atau apa, berengsek?!"

"Tidak usah naik darah. Bukan berarti aku melakukan hal yang salah."

"Sadarlah! Setidaknya itu tindakan tidak bermoral dengan melakukannya pada seorang wanita yang telah menikah!"

"Ah, benar juga. Baru-baru ini kami hampir saja ketahuan oleh suaminya .... Benar-benar gawat."

Mungkin karena sudah selesai mengirim semua surel-nya, Jin akhirnya meletakkan ponsel-nya.

Di saat yang sama, Chihiro sedang berusaha menghabiskan bir keenamnya untuk hari ini.

"Menurutku, aku tidak akan bisa membiarkan sepupu kecilku yang menggemaskan itu terlibat dalam lingkaran setan Mitaka, jadi bagaimanapun juga, opsi itu sudah pasti ditolak. Karena itu Kanda boleh saja merengek sesukanya, tapi itu tetap tidak ada gunanya."

Jin sedikit tertawa di atas derita Sorata. Tidak, dia jelas sekali merasa senang atas hal ini.

"Hmm, kalau begitu saya mau tanya, bagi Ibu, persisnya ada opsi apa saja selain saya?”

"Aku menyiapkan empat opsi, dan kesemuanya berujung pada dirimu."

Sorata bahkan tidak tersentak mendengar jawaban jujur yang tidak disangka ini. Jika mundur sekarang, dia tidak akan pernah menang.

"Aku juga berencana segera meninggalkan Asrama Sakura, jadi tidak mungkin memilihku. Ayolah, ini memang mustahil."

"Kamu sudah temukan orang yang mau memelihara kucingmu?

Jin tersenyum selagi melihat ke arah Sorata.

Ia menyodorkan pertanyaan tersebut seolah menandakan bahwa dirinya sudah tahu jawabannya.

"Hmm, hei~"

Bibirnya berkilau karena rembesan minyak yang berasal dari udang goreng, Misaki melihat ke arah monitor laptopnya.

"Ada apa?"

"Ryuunosuke bilang, Aku tidak mau buang-buang waktu dalam rapat tidak berguna macam ini. Aku keluar dulu, hmm ..., ah, dia keluar dari percakapan. Tidak, kembalilah! Yah, bukan berarti dirinya akan kembali, sih .... Baiklah kalau begitu, terima kasih atas makanannya. Aku sudah kenyang.”

"Baik. Jadi telah diputuskan bahwa orang yang diberi mandat untuk Tugas Mashiro adalah Sorata! Rapat selesai!”

Sambil memegan ponsel, Jin beranjak dari tempat duduknya. Bukannya kembali ke kamarnya, dia justru menuju ke arah pintu depan. Ini hari Selasa, jadi kali ini giliran Noriko, si perawat.

Misaki memandang punggung Jin dengan tatapan lelah sampai lelaki itu menghilang dari pandangannya, lalu berkata,

"Yak, kerja bagus, semuanya. Hmm, yaaaahhh, mungkin sebaiknya aku lanjut merekam ulang 'anime'-ku. Sudah, ya !Aku pergi dulu! Dadah!"

Misaki menutup laptopnya, lalu melompati anak tangga menuju lantai atas.

Selanjutnya, Chihiro pergi mengambil bir berikutnya dari kulkas.

Hanya Mashiro dan Sorata yang tersisa di meja bundar tersebut.

Suasana yang berat menyelimuti udara.

Ini adalah pertama kalinya mereka berdua terlibat dalam hubungan semacam ini. Baik si pengurus maupun yang diurus.

Angin topan dari rasa bingung berputar di dalam pikiran Sorata.

"Sorata."

"A-apa?"

"Mohon bantuannya."

Mashiro sedikit membungkuk.

"A-ah. Iya, mohon bantuannya ju— tunggu dulu, ini tidak benar! Kenapa kamu dengan gampangnya menerima fakta bahwa kamu perlu diurus?!"

"Terkadang, Sorata sulit dimengerti."

"Kalau aku yang salah di sini, biarlah dunia terbakar ...."

"Itu bisa meresahkan."

"Argh, sial, aku tidak mau ini! Aku bisa gila! Aku pasti akan keluar dari sini. Aku pasti akan keluar dari Asrama Sakura!"


********

Asrama Sakura, 6 April


Berikut adalah kesepakatan yang tertuang dalam notulen rapat Asrama Sakura:

Kanda Sorata terpilih sebagai orang yang diberi mandat untuk Tugas Mashiro! Lakukan yang terbaik, Junior! Aku akan menyemangatimu!



— Sekretaris Misaki Kamiigusa


0 komentar:

Posting Komentar